mgmp matematika

Selamat datang di Blog Resmi
MGMP MATEMATIKA KOMISARIAT SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI
Forum untuk Diskusi Kompetensi Guru, bertukar Informasi tentang Kependidikan, keMatematikaan dan Sertifikasi Guru 2012
e-mail: mgmp.matematik@yahoo.com

Kamis, 17 November 2011

Problem Solving


FAKTOR-FAKTOR  YANG BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
 Oleh Sri Wulandari Danoebroto


A.     Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Masalah  dalam  matematika  merupakan  soal-soal  yang  belum  diketahui  prosedur pemecahannya  oleh siswa. Pemecahan masalah merupakan upaya memperoleh solusi masalah dengan menerapkan pengetahuan  matematika dan melibatkan keterampilan siswa berpikir dan bernalar. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat berfungsi sebagai konteks (problem solving as context), sebagai keterampilan (problem solving as skill), dan sebagai seni dari  matematika  (problem  solving  as  art)  atau  Stanick  dan  Kilpatrick  (Schoenfeld,  1992) mengistilahkannya sebagai heart of mathematics.
Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah dapat digunakan sebagai konteks untuk  mengajarkan suatu pengetahuan matematika (konsep atau prinsip). Tujuan utama dari proses ini adalah siswa  memahami konsep matematika dan bukanlah pemecahan masalah itu sendiri. Masalah dalam pembelajaran matematika disini berperan sebagai:
1.  justifikasi dalam mengajarkan matematika


Konteks  masalah  yang  nyata  atau  dekat  dengan  kehidupan  sehari-hari  siswa  akan meyakinkan siswa bahwa matematika bermanfaat bagi kehidupannya
2.  sebagai motivasi yang spesifik mengenai suatu topik matematika

3.  sebagai rekreasi

Masalah matematika menjadi tantangan atau permainan yang menyenangkan bagi siswa agar semakin terampil dan mahir
4.  sebagai usaha mengembangkan suatu keterampilan baru

Masalah diberikan dalam urutan tertentu untuk mengenalkan siswa pada materi baru dan sebagai konteks untuk bahan diskusi selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika, pemecahan  masalah merupakan keterampilan yang ditunjukkan  melalui  kemampuan  untuk  memperoleh  solusi  dari  masalah  yang  dihadapinya. Meskipun  pemecahan  masalah  dapat  diinterpretasikan  sebagai  suatu  keterampilan,  asumsi pedagogi  dan  epistemologi  yang  mendasarinya  adalah  keterampilan  merupakan  penguasaan suatu strategi atau teknik pemecahan masalah. Siswa diajarkan suatu teknik pemecahan masalah sebagai materi pelajaran, kemudian diberikan penugasan berupa latihan-latihan sehingga siswa dapat menguasai teknik tersebut. Setelah memperoleh pengajaran pemecahan masalah seperti ini, siswa  dikatakan  telah  memiliki  keterampilan  pemecahan  masalah   sebaik  penguasaannya terhadap fakta dan prosedur yang telah dipelajari.
Pemecahan  masalah  merupakan  seni  dari  matematika  atau  jantungnya  matematika. Dalam hal ini, matematika merupakan pemecahan masalah itu sendiri. Pembelajaran matematika dimulai dari pemecahan masalah sebagai konteks untuk memperkenalkan atau memahami suatu konsep atau prinsip matematika, kemudian konsep  atau prinsip yang telah berhasil dipahami tersebut diterapkan dalam soal-soal pemecahan masalah untuk melatih keterampilan siswa.

B.     Kemampuan yang diperlukan sebagai Problem Solver yang sukses
Kemampuan  siswa  memecahkan  masalah  berkembang  secara  perlahan  dan  kontinu. Menurut  Va De  Walle  (1994)  terdapat  beberapa  aspek  dalam  diri  siswa  yang  perlu dikembangkan untuk menunjang kemampuannya dalam memecahkan masalah, yaitu:
1.  strategi pemecahan masalah
2.  proses metakognitif 
3.  keyakinan dan perilaku siswa terhadap matematika, yaitu mencakup kepercayaan diri, tekad,   kesungguh-sungguhan  dan  ketekunan  siswa  dalam  mencari  pemecahan masalah.
Berbagai  strategi  pemecahan  masalah  perlu  dikenal  dan  kemudian  dikuasai  siswa. Strategi  pemecahan masalah yang bisa diajarkan dalam pembelajaran matematika, antara lain: strategi  coba-coba,  intelligent  guessing  and  testing,  membuat  gambar,  menggunakan  model matematika,  mencari  pola,  membua tabel,  membuat  dan  mengorganisir  daftar  data  atau informasi, bekerja mundur, menalar dengan logika,  mencoba pada masalah analog yang lebih sederhana, menuliskan persamaan atau kalimat terbuka, menggunakan kalkulator atau komputer, memperhitungkan segala kemungkinan, atau menggunakan sudut pandang yang berbeda
Dalam proses memecahkan masalah, siswa perlu memantau jalan berpikirnya atau proses metakognitif.  Dalam proses ini siswa menyadari bagaimana dan mengapa ia melakukan hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar